Marhadin adalah mahasiswa pecinta alam Setapak Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian STIPER Sangatta Kutai Timur. Proses evakuasi jenazah Marhadin (21), yang tenggelam di danau air terjun Desa Karangan Ilir, Kecamatan Karangan, menyita perhatian banyak pihak.
Evakuasi jenazah yang dilakukan pada Selasa (20/1/2015) pagi, turut melibatkan Kepala Tokoh Adat Desa Batu Lepok yang dipercaya warga sebagai "orang pintar". "Segala upaya kami kerahkan untuk menemukan jenazahnya, termasuk meminta bantuan Pak Menggo. Dia dipercaya warga setempat sebagai orang pintar," kata Rosdianto, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STIPER Sangatta, Rabu (21/1/2015).
Rosdianto yang ikut bergabung dalam proses evakuasi tersebut menuturkan kisah Pak Menggo dalam upaya pencarian jenazah. "Beliau (Pak Menggo) sempat bermimpi dimintai sesuatu oleh "si penunggu" di danau itu. Dia juga sempat melihat sosok almarhum dalam mimpinya, tapi sudah tidak bernyawa. Kalau jenazahnya mau ditemukan maka harus ada syarat yang dipenuhi," tutur Rosdianto menceritakan pengakuan Pak Menggo.
Pencarian jenazah dilakukan dengan menggelar ritual gaib. Pak Menggo, kata Ros, sempat menyalakan api lalu meletakkan sesajen berupa ayam hitam dan telur di tepi danau. Sesajen itu diyakini sebagai syarat untuk menemukan jenazah. Kemudian sambil membaca mantra, ia memerintahkan empat orang warga melempar kail ke danau. Alhasil, dalam hitungan setengah jam jenazah ditemukan. Jenazah tersebut, kata Ros, tersangkut di salah satu kail milik warga. "Yang tersangkut di kail bagian ujung kaki jenazah. Kemudian ditarik pelan-pelan hingga dibopong ke atas tepi danau," katanya.
Saat diangkat, kondisi jenazah belum membengkak dan mengeluarkan bau busuk. Jenazah Marhadin ditemukan sekitar pukul 08.00. Jenazah itu lalu dibawa ke Kantor Desa untuk divisum, kemudian disalatkan dan dibawa menuju rumah duka. Seperti diberitakan sebelumnya, Marhadin, mahasiswa pecinta alam Setapak STIPER Sangatta, hilang seketika saat mandi di danau air terjun Desa Karangan Ilir pada Senin (19/1/2015) pagi. Danau air terjun ini jaraknya sekitar 2 km dari permukiman warga dan berada di area kawasan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT Sagara Indexin.
Menurut Ros, dari pengakuan keluarga dan kerabatnya, korban dikenal tidak bisa berenang. Namun nekat mandi di danau air terjun yang dianggap warga keramat karena kerap memakan korban setiap tahunnya. Dari data yang dihimpun, Marhadin tercatat sebagai mahasiswa semester III jurusan Agribisnis. Ia juga masih tergolong anggota muda di Mapala Setapak STIPER. Semasa hidupnya, almarhum dikenal punya solidaritas yang tinggi terhadap rekan-rekannya. Mahasiswa asal Siwa, Sulawesi Selatan ini memiliki seorang kakak yang juga kuliah di STIPER Sangatta dan sedang menjalani praktek lapangan di Desa Karangan, lokasi meninggalnya Marhadin. (tribunnews)