Kolonel Laut (P) Yayan Sofyan adalah Komandan KRI Bung Tomo. Sepekan terlibat langsung dalam proses evakuasi jenazah korban dan serpihan pesawat AirAsia QZ 8501, Komandan KRI Bung Tomo punya cerita yang tidak bisa dilupakan. Pengalaman yang menjadi cerita berkesan Kolonel Laut (P) Yayan Sofyan serta anak buahnya adalah saat mengevakuasi jenazah korban di hari ketiga dan empat dengan kondisi cuaca yang buruk. "Hari ketiga, keempat. Itu luar biasa sekali tantangannya cari jenazah korban. Tapi, Alhamdulillah kita bisa lawan ombak laut besar 3 sampai 5 meter. Lawan cuaca ekstrim, hujan deras enggak mudah. Kita ingat tanggung jawab yang besar sekali saat itu," kata Yayan saat berbincang dengan detikcom, Minggu (4/1/2015). Bagi Yayan, keberhasilan menemukan jenazah korban di hari ketiga memberikan makna harapan bagi semua orang. Upaya maksimal menurutnya juga harus diiringi dengan doa. Dia percaya kalau keluarga korban menaruh harapan kepada para kapal termasuk KRI Bung Tomo.
"Itu jadi semangat kita. Melihat wajah keluarga korban duduk di bandara itu mereka sepertinya berharap sama kita agar bisa. Mereka berdoa, kita ngelengkapin dengan upaya perjuangan. Ibaratnya hari ketiga itu jadi starting point," ujarnya. Pola pikir yang selalu ditanamkan Yayan kepada para anak buahnya selama proses evakuasi adalah terus ikhtiar dan ikhlas. Berkali-kali, dia menekankan agar krunya di kapal memposisikan diri sebagai keluarga korban. Meningkatkan perasaan simpati yang mendalam agar tekad bulat bisa konsisten saat dijalankan dalam bertugas. Hal ini pula yang memacu awak KRI Bung Tomo tetap terlecut meski akhir tahun jauh dari keluarga. "Kita pergantian tahun ada di kapal. Evakuasi jenazah korban, doa bersama. Yang lain liburan, kita ngurus evakuasi di sana. Tapi, itu seni nikmatnya. Upaya pencarian kita tidak percuma. Berhari-hari jauh dari keluarga," sebutnya.
Hingga kemarin, buktinya KRI Bung Tomo adalah kapal yang produktif dalam urusan menemukan jenazah korban dan serpihan AirAsia. Setidaknya ada 10 jenazah korban dan berbagai serpihan pesawat seperti exit emergency door dan kursi set. Tidak ketinggalan barang-barang milik korban macam tas ransel, kacamata, dan kamera. Bahkan, pada Sabtu (3/1), KRI Bung Tomo mendeteksi objek di dalam dasar laut 29-30 meter yang diduga merupakan ekor pesawat QZ 8501. Meski belum ada kepastian resmi, tapi pendektesian KRI Bung Tomo dalam mencari objek pesawat perlu diapresiasi dan dianalisa lebih lanjut. "Semua sudah dikoordinasikan sama Basarnas agar ditindaklanjuti. Kalau kerja dianggap bagus ya Alhamdulillah. Ini juga karena komunikasi yang terjalin dengan semua pihak termasuk setiap kapal," sebutnya.
Komandan KRI Bung Tomo Kolonel Laut Yayan Sofyan, memastikan serpihan logam tersebut adalah pintu darurat pesawat atau emergency exit door berwarna abu-abu perak. Namun, pada saat itu ia belum bisa memastikan apakah pintu darurat itu bagian dari pesawat Air Asia yang hilang. "Benda sudah kami angkut ke kapal, dan kami yakin ini serpihan pesawat bertuliskan emergency exit door," kata Yayan menjawab pertanyaan Kepala Basarnas. Mendengar jawaban tersebut Sulistyo memerintahkan untuk segera mengevakuasi temuan benda itu ke pangkalan terdekat. Kolonel Yayan terus menyampaikan informasi yang dilihatnya ke semua tim SAR. Tak berselang lama, Yayan menyampaikan kru kapal juga menemukan tabung oksigen berkapasitas untuk 40 personel dan koper kecil berwarna biru berukuran 65x40 sentimeter.