Rr Sheryltha Pratyscha menjadi Putri Indonesia 2015 perwakilan Jawa Timur dengan menjawab dengan lugas pertanyaan apa makna plagiarisme. Berbalut kebaya modern merah merekah, Tyscha –sapaannya– tampil memukau saat menjawab pertanyaan terakhir dari lima dewan juri dalam acara Pemilihan Putri Indonesia Jawa Timur di Empire Palace pada Sabtu malam (7/12). Mahasiswi Universitas Brawijaya Malang itu begitu mencuri perhatian dewan juri. Sejak terpilih masuk sepuluh besar, kemudian tersaring menjadi lima besar, jawaban-jawaban singkat, padat, dan penuh percaya diri terlontar dari mahasiswi semester V jurusan hubungan internasional itu.
Tyscha akan mewakili Jawa Timur dalam perebutan mahkota Putri Indonesia yang saat ini dipegang arek Suroboyo Elvira Devinamira. ”Saya enggak nyangka bisa menang. Dan ini tugas berat buat saya karena mewakili Jawa Timur,” ujar alumni Kakang Mbakyu 2013 Malang itu penuh bahagia. Dengan persiapan yang terbilang singkat, mental dan fisiknya betul-betul dipacu. Sebab, Tyscha baru lolos audisi pada Kamis. Setelah itu, dia dikarantina pada Jumat dan berlanjut Sabtu malam pengumuman juara. Meski demikian, sulung di antara tiga bersaudara itu mengaku mempersiapkan segala kebutuhan sejak jauh hari. ”Persiapan mental tentunya. Sebab, harus jauh dari orang tua, terutama Mama,” terangnya.
Baginya, dukungan terbesar datang dari sang ibu. Meski dia harus cuti beberapa waktu dan meninggalkan kuliah, dukungan ibu membuatnya kuat. Malang tampaknya sedang bersinar. Setelah gelar Putri Indonesia Jatim direbut Tyscha, teman seperjuangannya asal Malang, Putri Ambar Arum, menyabet dua gelar sekaligus. Yakni, juara favorit dan runner-up I. Runner-up II dipegang Vindya Rossy Tria Puspita Mandasari asal Gresik. Perempuan yang melaju berkat keahliannya sebagai color guard dalam susunan marching band itu pun tampil memesona saat masuk ke babak tiga besar.
Para putri itu bakal dihadapkan pada tantangan era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) serta globalisasi. ”Tantangannya lebih besar. Fokus mereka adalah mengembangkan sektor ekonomi kreatif Indonesia di mata dunia,” terang Dr Kusuma Dewi Sutanto MPd, wakil ketua bidang pendidikan dan organisasi Yayasan Puteri Indonesia. Menurut dia, pemilihan putri tahun ini cukup spesial. Sebab, 2014 merupakan tahun peralihan sebelum diberlakukannya perdagangan bebas ASEAN. Karena itu, mereka harus memiliki product knowledge tentang sumber daya Indonesia untuk dipasarkan di level internasional. (sumeks)