Asri Yuniar, Guru TK yang Jadi Vokalis Band, Pede Manggung Berjilbab, Meski Fans Anggap Aneh. Asri Yuniar ini bisa dikategorikan ekstrem. Di satu sisi, dia adalah vokalis band dengan aliran musik hardcore. Selama ini, jenis aliran musik tersebut diidentikkan dengan hal-hal yang berbau sangar atau brutal. Pada sisi lain, dia merupakan guru TK yang sehari-hari berjilbab. Penampilan Asri sehari-hari sangat santai. Di sebuah art center di kawasan Dago, Bandung, dia mengenakan sepatu teplek, celana jins, kaus oblong dengan baju rangkepan di dalamnya, serta berjilbab merah. Gaya bicaranya juga santai, terkesan malu-malu dengan logat Sunda yang sangat kental. Senyumnya tak pernah sekalipun surut.
Achi, sapaan akrab Asri Yuniar, memang sering nongkrong di kawasan itu bersama teman-temannya personel grup band Gugat. Di grup band yang musiknya beraliran hardcore itu, Achi adalah sang vokalis. Suara maupun aksinya bisa dilihat di YouTube. Salah satu masterpiece Gugat adalah lagu yang bertajuk Kelam. Hingga kini, lagu tersebut sudah diunduh 12.851 orang. Fanspage di situs Facebook mereka juga sudah mencapai 9.605 penggemar. Gugat merupakan band ketiga bagi Achi. Saat duduk di bangku SMA, dia sempat mendirikan band bernama Capability yang semua personelnya perempuan. Mereka paling sering membawakan lagu Nirvana yang beraliran grunge.
Sayangnya, band tersebut tak bertahan lama. Achi lantas mendirikan band lagi bernama Dining Out. Achi remaja seolah tak mengenal boyband yang saat itu menjamur. Dining Out bertahan cukup lama, hingga 2003. Merasa jenuh, pada 2004, dia lantas membentuk Gugat yang bertahan hingga saat ini. Kecintaannya pada musik cadas tersebut bermula saat Achi remaja sering menyaksikan band-band hardcore beraksi di GOR Saparua, Bandung. Terus berkutat dengan musik dan lingkungan penggemar hardcore juga sempat membuat perilaku Achi menyimpang, tegas alumnus Unpad jurusan sastra itu. Tapi, semua kelakuan minus tersebut mulai hilang sejak dirinya memutuskan untuk berjilbab.
Achi akhirnya bertemu Hari Gartika yang kini menjadi pendamping hidupnya. Hari tak berkeberatan atas status Achi sebagai vokalis grup hardcore. Dia bahkan total mendukung sang istri. Lelaki 32 tahun itu juga mengaku tak risi karena sang istri memakai jilbab ketika beraksi di panggung. Sebagai bentuk dukungan, Hari sering mengajak si buah hati, Runa Arieta Dzakirah, yang saat ini berusia empat tahun untuk menyaksikan Gugat beraksi. Peran Achi tentu tak bisa dianggap remeh di Gugat. Selain vokalis, dia berperan sebagai pencipta lirik. Untaian kata dalam lagu Kelam dan Kamuflase merupakan contoh buah karyanya. Dia lebih sering memilih fenomena sosial untuk dituangkan menjadi lirik. Meski, sesekali juga pengalaman pribadi maupun orang-orang terdekatnya.
Achi sebenarnya masih suka demam panggung jika sedang perform. Meski sudah malang melintang, rasa nervous tetap saja menggelayutinya. Persis seperti saat dirinya memutuskan untuk mengenakan jilbab. Setelah sempat menganggur, dia akhirnya ditawari mengajar di TK tersebut. Itu juga merupakan tanggung jawab moralnya kepada sang ibu. Meski, sebenarnya dirinya bisa saja mencari pekerjaan lain. Apalagi, bekerja di TK tersebut sama sekali tak memberikan keuntungan material. Bayangkan, saat pertama bekerja, dia hanya digaji Rp 150 ribu per bulan. Saat ini atau setelah hampir enam tahun bekerja, gajinya juga hanya Rp 300 ribu. Jumlah tersebut tentu di bawah nominal yang dia dapat ketika perform. Itu masih ditambah "siksaan" yang dialami terkait dengan busana.
Sama seperti saat menjadi tenaga marketing, Achi mesti mengenakan celana kain, kemeja, hingga blazer. Namun, busana yang paling menyiksa adalah baju pink. Sebab, dirinya penggemar berat warna hitam yang seolah menjadi ciri grup-grup band beraliran hardcore. Tapi, kehidupan di TK yang menampung 40 murid tersebut memang memberikan ketenteraman batin tersendiri bagi Achi. Sekaligus, menghilangkan kepenatan karena berbagai kesulitan yang membelenggunya. Pembatalan konser, contohnya. Beberapa waktu lalu, Gugat juga sempat dilarang perform karena dianggap bakal memantik kerusuhan. Padahal, band-band pembuka lebih dulu beraksi. Selain itu, minimnya intensitas manggung membuat Achi resah. Saat ini, Gugat paling hanya manggung sebulan sekali. Padahal, dulu mereka bisa lumayan sering perform.