Anggia Pitaloka, Gadis 19 Tahun Bercadar ini Menghilang Sejak Akhir Januari. Gadis asal Kabupaten Majalengka, Jawa Barat ini menghilang dari rumahnya pada 31 Januari 2016 sekitar pukul 07.00 WIB. Anggia pergi dari rumahnya dengan membawa tas koper merk pollo coklat dan tas kecil. Anggia memiliki ciri fisik tinggi 153 sentimeter, berat badan 45 kilogram, rambut ikal, mata hitam, berkaca mata, dan berjilbab serta cadar.
Anggia memiliki riwayat sebagai santri di pondok pesantren setelah lulus SDN 7 Majalengka wetan. Ia melanjutkan pendidikan di pondok pesantren di Banyumas selama enam bulan. Setelah itu ia melanjutkan pendidikan ke ponpes di Kabupaten Banjar selama 2,5 tahun. Di Kabupaten Indramayu selama dua tahun. Kemudian ke Kabupaten Karawang dan Cikarang selama 6 bulan. Setelah itu baru pulang ke Kabupaten Majalengka. Anggia pun sempat mengajar di TK selama satu tahun. Selain mengajar, ia juga mengikuti kursus menjahit selama sembilan bulan.
Ia tinggal bersama orangtuanya sejak 2013. Anggia tinggal bersama ibunya Sri Rahayu (47), di Jalan Babakan Jawa, gang Rahayu RT 3/2 Kelurahan Majalengka wetan, Kecamatan Majalengka. Anggia diketahui memiliki sejumlah nomor ponsel dan akun media sosial, Namun semuanya kini sudah tidak aktif. Orangtuanya bilang jika Anggia sebelum pergi menulis surat yang berisi akan tinggal dengan seseorang perempuan yang disebut ibu. Surat itu masih disimpan orang tuanya.
Sri Rahayu, ibu kandung Anggia Pitaloka, mengatakan bahwa Anggia sejak lulus SD sudah memakai cadar dan ingin sekali menghafal Al Quran agar orangtuanya bangga. Anggia cuma punya ijazah SD saja, karena setelah lulus SD masuk pondok pesantren karena ingin jadi hafidzoh (hafal Al Quran). Menurut Sri Rahayu ibunya yang menjadi guru SD ini, Anggia sejak kelas 5 SD belajar ngaji di Kebon Kopi, tidak jauh dari rumahnya. Ia mempunyai keyakinan kalau jadi hafidzoh bisa membawa orangtuanya masuk surga. Makanya sejak lulus SD masuk Pondok Pesantren di Banyumas, Banjar, Indramayu, dan terakhir di Cikarang sampai 2013 pulang ke rumah setelah menjadi hafidzoh.
Sri Rahayu mengungkapkan kepergian Anggia 12 hari lalu, Minggu (31/01) sekitar jam 05.00 wib, meninggalkan surat yang isinya pergi ingin sekolah umum, karena dilarang dan ikut dengan Ibu yang dipercaya akan menyekolahkannya. Sri Rahayu mengungkapkan sejak pergi dari rumah, Anggia yang memiliki 3 akun Facebook dengan nama Regia, Yutsal, dan Matsiron langsung tidak aktif. Begitu pun dengan akun Jejaring sosial lainnya seperti WA, Instagram, LINE dan lainnya. Walau cuma lulus SD, Anggia pintar bahasa Jepang dan Inggris. Bikin status di akun instragram yang terakhir juga pakai Bahasa Jepang.
Waktu pergi dari rumah menurutnya Anggia membawa Ijazah SD dan Akte Lahir beserta baju satu koper dan uang Rp 500-700 ribu. Sri Rahayu mengungkapkap Anggia pergi dari rumah sebelum subuh, dan ada tetangga melihat dijemput mobil di jalan depan gang rumahnya. Anggia tidak pernah kemana-mana sendiri, selalu sama ibunya, makanya ibunya kaget kok setega itu ninggalin. Namun menurutnya sore harinya jam 15.00 wib, Anggia menelpon ibunya dengan kartu sekali pakai dan mengatakan sudah sampai di tujuan dan Ibunya agar tenang.
Setelah melapor Polisi dan dibantu pihak Telkomsel Grapari, menurutnya Anggia menelpon dari Sawangan Depok. Polisi melacak dari nomer terakhir sudah di Sawangan Depok, dan nelpon dari mobil yang bergerak dan katanya Polda akan melacak lewat IMEI HP Anggia. Sri Rahayu berharap apabila anaknya membaca berita ini agar kembali ke keluarganya dan berkumpul kembali untuk melanjutkan kehidupan seperti biasa dan akan melanjutkan sekolah anaknya.