Sembara Oktavian adalah satu dari lima Anak Buah Kapal (ABK) kapal tunda (tugboat) Henry, mengaku tidak kapok melaut kembali meski pernah merasakan diculik oleh kelompok yang diduga Abu Sayyaf di sekitar perairan Malaysia-Filipina. "Saya bekerja di kapal (tunda) Henry sudah satu tahun tiga bulan.
Ini pertama kali saya bekerja di kapal karena saya baru lulus dari sekolah pelayaran. Meski sempat trauma saya tidak kapok untuk melaut lagi," kata Sembara Minggu 24 April 2016. Ia mengatakan, selama bekerja di kapal tunda Henry, dia sudah enam kali melewati perairan Malaysia-Filipina. Namun, kata Sembara, baru kali ini dia bersama empat temannya dirompak di tengah laut.
Pria yang berprofesi sebagai second engineer ini juga mengaku tidak diberikan imbauan soal adanya perompakan. Padahal, sebelumnya sudah ada dua insiden penculikan ABK warga Indonesia yang totalnya mencapai 14 orang, yang hingga kini, belum diketahui nasibnya.
Saat ditanya kronologis kebebasannya, Sembara enggan bercerita. "Mohon maaf, saya belum bisa cerita (kronologisnya) karena masih trauma. Tapi, selama ini memang tidak diberitahu. Setelah kejadian ini, saya akan lebih berhati-hati lagi," ungkap Sembara.
Kapal tunda Henry dan kapal tongkang Christy selalu melewati jalur pelayaran Tarakan, Kalimantan Utara menuju San Fernando, Filipina. Hingga kini, kelima ABK sudah dipulangkan ke rumah masing-masing. Satu orang ke Manado, Sulawesi Utara dan sisanya ke Jakarta. Lima ABK ini diselamatkan oleh kapal patroli AL Malaysia dan kemudian dibawa ke Tarakan dengan kawalan kapal TNI-AL.