Irena Handono lahir dari keluarga Katolik yang taat, 45 tahun yang lalu di Surabaya, Jawa Timur. Nama aslinya Han Hoo Lie, tapi biasa dipanggil Ireni. Sejak kecil beliau sudah mendalami agama. Ketika SD ikut privat agama di biara, dan itu berlangsung hingga SMP kelas dua. Mungkin, lantaran sering bergaul dengan para suster di biara itu, dalam dirinya timbul keinginan untuk menjadi seorang suster (biarawati).
Begitu tamat SMA, langsung masuk ke sekolah susteran (biarawati) di Bandung dan bersama salah seorang temannya diberi tugas khusus untuk kuliah di Institut Filsafat dan Teologia Bandung. Beliau di antara teman-teman di biara itu yang paling kritis. Kalau ada sesuatu yang menurut logikanya tidak nalar, selalu ditanyakan. Namun dari jawaban jawaban yang diberikan, semuanya tidak memuaskan hatinya. Karena Institut Filsafat dan Teologia ada mata kuliah studi-perbandingan agama, maka dia pun mempelajari agama-agama yang ada, termasuk Islam. Sejak saat itulah dia mulai membanding-bandingkan, misalnya antara Islam dan agamanya.
Tidak terhitung jumlahnya buku-buku Islam yang dia baca. Dari terjemahan Al-Qur’an dia kemudian mempelajari secara sembunyi-sembunyi di biara. Hatinya mengakui akan kosep ketuhanan yang sempurna, sederhana tapi gamblang. Dalam benaknya siapakah pengarang Al-Qur’an itu? Betapa terkejutnya dia setelah tahu dari membaca buku bahwa Al-Qur’an itu tidak pernah mengalami penyempurnaan. Demikian pula namanya bukan hasil pemberian seseorang. Al-Qur’an teryata wahyu langsung dari Allah, dan Allah pula yang memberi nama kitab itu Al-Qur’an. Dia mulai yakin akan kebenaran Islam sebagai agama ciptaan Allah.
Dalam suatu perjalanan ke Bandung dia mengalami musibah kecelakaan dan mau tidak mau dia mengambil cuti dari biara, pulang ke Surabaya. Setelah sembuh sempat kuliah di Jakarta mengambil jurusan sosial kemasyarakatan. Mungkin karena banyak bergaul dengan mahasiswa-mahasiswa Islam, penilaiannya terhadap Islam menjadi lebih objektif. Dan, sejak itulah dia sudah tidak berniat lagi untuk kembali ke biara. Pada saat pulang ke Surabaya dia segera memutuskan tidak akan kembali ke biara. Secara kebetulan, saat itu dia bermimpi yang sama beberapa kali. Akhirnya, sehari menjelang puasa Ramadhan, tepatnya 11 tahun yang lalu dia pun berikrar menjadi seorang muslim di Masjid al-Falah, Surabaya.
#Lihat pula : Profil Biodata Sirra Prayuna Kuasa Hukum Ahok