Pondok Pesantren Langitan adalah salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Berdirinya lembaga ini jauh sebelum Indonesia merdeka yaitu tepatnya pada tahun 1852, di Dusun Mandungan, Desa Widang, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Komplek Pondok Pesantren Langitan terletak di samping bengawan Solo dan berada di atas areal tanah seluas kurang lebih 7 hektare.
Sebanyak 25 santri pada pukul 09.15 hendak pergi ke pasar dengan naik perahu. Para santri biasanya belanja ke Pasar Babat yang lokasinya berseberangan dengan Bengawan Solo dan berjarak sekitar satu kilometer. Untuk menuju ke pasar, para santri lebih memilih menyeberang sungai dengan naik perahu. Saat para santri menyeberang itulah tiba-tiba perahu oleng dan miring. Dalam hitungan detik, perahu terbalik dan para santri tercebur. Usaha pencarian terhadap para korban perahu tenggelam yang dilakukan oleh tim Search And Rescue (SAR) Polda Jawa Timur (Jatim) membuahkan hasil. Sebab, semua korban kecelakaan yang berjumlah tujuh orang berhasil ditemukan.
Sebanyak tujuh santri Pondok Pesantren Langitan, Widang, Tuban, ditemukan sudah tidak bernyawa di Sungai Bengawan Solo, Kecamatan Babat, Lamongan, sore ini, Sabtu, 8 Oktober 2016. Tujuh santri Pondok Pesantren Langitan hilang setelah perahu yang mereka tumpangi terbalik ketika menyeberang Bengawan Solo pada Jumat, 7 Oktober 2016. Total 25 santri di perahu tapi 18 di antaranya berhasil menyelamatkan diri. Ketika kejadian, permukaan air memang sedang pasang. Kepala Satuan Patroli Daerah (Kasatrolda) Direktorat Polisi Air (Ditpolair) Polda Jatim, AKBP Heru Prasetyo mengatakan, korban terakhir ditemukan pada Minggu dini hari, 9 Oktober 2016. Namun, semua korban belum teridentifikasi.
Polisi baru bisa mengidentifikasi sebanyak enam dari tujuh orang korban tersebut. Mereka adalah M Barikly Amri (12), asal Desa Leran, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Rizky Nur Habib (15), asal Desa Cinta Rakyat, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, M Afiq Fadil (19), asal Desa Bulak Paren, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, Abdullah Umar (15) Kelurahan Bedilan, Kabupaten Gresik, Lujaini Dani (13), asal Desa Peganden,Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, dan Muhsin (16) asal Pacar Kembang, Kecamatan Tambaksari, Surabaya. Sehingga, hanya tersisa satu jenazah yang belum teridentifikasi.