
Berawal hanya menyaksikan latihan sang kakak dan ayahnya, Claresta yang ketika itu masih duduk di bangku kelas II SD merasa tertarik dengan beladiri asal Jepang itu. Kala itu, Claresta yang masih kecil menganggap karate seru. Sebab tidak hanya sekadar mempertontonkan dua orang yang sedang melakukan pukulan atau tendangan, tetapi memiliki nilai positif yang menyenangkan. Selain sebagai sarana olahraga, karate juga untuk perlindungan diri. Claresta menceritakan, setelah mencicipi karate ia merasa bakatnya ada pada olahraga tersebut. Hal itu dibuktikannya ketika pertama kali mengikuti kejuaraan di tingkat sekolah dasar yang berhasil meraih juara pertama. Saat itu dirinya tidak memikirkan soal gender dan kerasnya hobi yang digelutinya itu. Baginya hobi tersebut terbuka bagi siapa saja dan untuk jenis kelamin apa saja. Ditambahkannya, lambat laun karate menjadi bagian dari kesehariannya setelah berhasil juara latihan intensif serta mengikuti berbagai perlombaan diikuti dan mendapatkan juara.
Dara yang sudah menyandang sabuk hitam itu mengatakan, stigma olahraga keras yang melekat di karate ingin dihilangkannya dengan prestasi dan keadaannya saat ini. Baginya meski menyenangi kegiatan yang didominasi pria, ia merasa tetap feminin menjadi seorang perempuan. Sementara di dalam arena dan latihan dirinya tidak memikirkan lawan tanding dan lawan latihan ketika sedang menjadi seorang karateka, ia harus melakukannya secara maksimal. Namun di luar itu, saat bermain dan sekolah dirinya tetap seorang perempuan. Berbagai pengalaman mengerikan yang tidak diinginkan oleh sebagian perempuan pada umumnya pernah dirasakannya saat itu. Seperti tahun 2015 saat bertanding dirinya mengalami cedera di hidung hingga retak.