Hasil ini membuatnya memutus rekor milik atlet Iran, Reza Alipour dengan catatan waktu 5,48 detik. Rekor yang dia torehkan pada 2017 silam. Selang empat jam kemudian, rekor milik Kiro dipecahkan lagi oleh rekan se-negara, yakni Veddriq Leonardo. Dia berhasil mencatatkan waktu 5,20 detik.
Veddriq Leonardo merupakan pemuda kelahiran Pontianak, Kalimantan Barat pada 11 Maret 1997. Veddriq baru bergabung dengan tim panjat tebing Indonesia sejak awal Januari 2018. Akan tetapi, dalam waktu 4 bulan sejak dirinya bergabung, ia telah secara signifikan menunjukkan prestasinya. Pada IFSC Worldcup di Moscow Rusia pada 21-22 April 2018 lalu, ia berhasil menyabet perunggu. Ia turun di nomor men’s speed world record. “Saya baru bergabung di pelatnas pada 9 Januari 2018 untuk berlaga di Asian Games,” ujarnya dikutip dari laman FPTI saat menjuarai IFSC World Cup di Moscow.
Berikut ini sejumlah prestasi yang pernah ditorehkan Veddriq Leonardo: 2021: Medali emas saat IFSC Climbing World Cup Salt Lake City (USA) 2019: Medali emas saat PRA-PON XX Zona 3 (Sulawesi Selatan) 2019: Medali emas saat Asian Championship 2019 (Bogor) 2019: Medali perak saat Asian Championship 2019 (Bogor) 2019: Medali emas saat The Belt and Road ICMT Qinghai (China) 2018: Medali perunggu saat IFSC World Cup Moscow (Rusia) 2017: medali perunggu saat Kejurnas FPTI XVI 2017 Yogyakarta 2016: medali perunggu saat Kejurnas Kelompok Umur 2016 Bangka
Kiromal Katibin lahir di Batang, Jawa Tengah, 21 Agustus 2000 adalah atlet panjat tebing yang merupakan Mahasiswa Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang. Kiromal pertama kali memiliki mimpi masuk ke dunia sport climbing saat usianya masih sekitar 7 tahun. “Pertama kali mengenal panjat tebing pada 2007. Pertama kali melihat panjat tebing di alun-alun Batang saat ada Praporprov (pra pekan olahraga provinsi),” cerita Kiromal, masih dari sumber yang sama. Ia kemudian mulai berlatih panjat tebing pada 2009 dengan kakaknya didampingi seorang pelatih panjat tebing yang berpindah dari Surabaya.
Kiromal Katibin lahir di Batang, Jawa Tengah, 21 Agustus 2000 adalah atlet panjat tebing yang merupakan Mahasiswa Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang. Kiromal pertama kali memiliki mimpi masuk ke dunia sport climbing saat usianya masih sekitar 7 tahun. “Pertama kali mengenal panjat tebing pada 2007. Pertama kali melihat panjat tebing di alun-alun Batang saat ada Praporprov (pra pekan olahraga provinsi),” cerita Kiromal, masih dari sumber yang sama. Ia kemudian mulai berlatih panjat tebing pada 2009 dengan kakaknya didampingi seorang pelatih panjat tebing yang berpindah dari Surabaya.
Kejuaraan pertamanya adalah pada Kejurda kelompok umur di Karanganyar, 2009. Setelah itu ia mengikuti Kejurnas di Jogjakarta di tahun yang sama dan selanjutnya setiap tahun ia ikut Kejurnas dari 2010-2012. Sempat tak ikut pada 2013 dan 2014, Kiromal kembali ikut pada 2015. Berikut sejumlah prestasinya: 2021: Medali perak saat IFSC Climbing World Cup Salt Lake City (USA) 2019: Medali perak saat Asian Championship 2019 (Bogor) 2019: Medali perak saat Asian Championship 2019 (Bogor) untuk nomor Speed Relay 2019: Medali perak saat PRA-PON XX Zona 2 (Surabaya) 2018: Medali emas saat Kejurnas XVII Panjat Tebing 2018 (Solo).
Pelatih tim panjat tebing Indonesia, Hendra Basir mengatakan target utama tampil di Piala Dunia Panjat Tebing 2021 ini memanguntuk memecahkan rekor. Dengan begini, mereka sekaligus memberikan sinyal bahaya kepada negara lain yang siap tampil di Olimpiade 2024 Paris. "Target kita ke sini adalah memecahkan rekor tersebut. Fokus utamanya adalah Olimpiade Paris 2024, tapi persaiangannya kan dimulai dari sekarang," kata Hendra saat berbincang dengan Kontributor tvOne untuk Amerika Serikat. "Jadi kita kirim pesan kepada pesaing kita, bahwa Indonesia siap bersaing di Paris khusus kategori speed," imbuhnya.
Hasil ini membuat Hendra lega. Karena tujuan utamanya sejak dari Indonesia dan menjalani pelatnas memang memecahkan rekor. Bisa dibilang misi tim berakhir sukses. "Alhamdulillah rekor Iran itu pecah di babak kualifikasi oleh Kiro dengan catatan waktu 5,25 detik," tutur Hendra. "Nah jeda dari kualifikasi sampai putaran final itu 3 sampai 4 jam. Di big final rekor dunia yang dipecahkan Kiro dipecahkan lagi oleh Vedrriq Leonardo dengan catatan waktu 5,20 detik. Itu yang membuat misi kita komplet," tambahnya.