Drs. Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga (lahir di Denpasar, Bali, 7 Juli 1965; umur 49 tahun) adalah Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia saat ini. Ia juga adalah Wakil Gubernur Bali periode 2008-2013. Ia menyelesaikan studi S1 di Universitas Ngurah Rai, Denpasar pada tahun 1991. Sebelumnya ia, menjadi Wali Kota Denpasar untuk periode 2000-2005 dan 2005-2008, tetapi tidak terselesaikan disebabkan dirinya terpilih menjadi wakil gubernur mendampingi I Made Mangku Pastika dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Bali Tahun 2008. Pada tahun 2013, ia mencalonkan diri sebagai calon gubernur Bali periode 2013-2018 yang diusung oleh PDI Perjuangan didampingi oleh Dewa Nyoman Sukrawan yang merupakan Ketua DPRD Kabupaten Buleleng 2009-2014. Sejak 27 Oktober 2014, ia menjabat sebagai Menteri Koperasi dan UMKM di era pemerintahan Jokowi - JK pada Kabinet Kerja.
Pria bertubuh tegap berkulit langsat itu terlihat santai mengenakan baju batik warna krem kombinasi celana hitam yang senantiasa ramah dengan lawan bicaranya. Sesekali senyum menghiasi bibir pria yang sisiran rambutnya model kesamping cukup rapi, memperlihatnya kerutan dahi sosok yang sudah banyak makan "asam-garam" dalam dunia perpolitikan. Drs Anak Agung Ngurah Puspayoga (48), pria berdarah biru kelahiran Puri Satria, Denpasar 7 Juli 1965 sejak remaja, memang sudah berkecimpung dalam politik mengikuti sepak terjang ayahnya Cokorda Bagus Sayoga (alm), seorang tokoh partai PNI di Bali yang kini menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Bali. Suami dari Nyonya I.G.A Bintang Darmawati itu mengorbankan pendidikan perguruan tinggi di luar negeri hanya untuk mengabdikan diri di partai, karena tahun 1984, atau 30 tahun yang silam kala itu tidak ada yang mau dan berani menjadi pengurus partai berlambang kepala banteng.
Biodata Menteri Koperasi dan UMKM :
Nama : Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga
Tempat dan Tanggal Lahir: Denpasar, Bali, 7 Juli 1965 Usia: 49 tahun
Pendidikan: S1 di Universitas Ngurah Rai,
Karier: Wakil Gubernur Bali periode 2008-2013, Wali Kota Denpasar periode 2000-2005 dan 2005-2008
Puspayoga setamat dari SMAN 1 Denpasar langsung berangkat ke Australia untuk mempersiapkan diri melanjutkan pendidikan di negara Kangguru, namun cita-citanya terpaksa dikorbankan demi mengabdikan diri kepada partai demi kepentingan rakyat banyak. Kondisi partai saat itu sangat berbeda dengan sekarang, di mana para kader maupun non kader saling berebut untuk menjadi pengurus PDIP maupun untuk mendapatkan rekomendasi guna bisa maju dalam pemilihan bupati, wali kota dan gubernur. Puspayoga yang sudah mempersiapkan diri melanjutkan pendidikan di Australia saat itu dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama berat, namun akhirnya diputuskan untuk mengikuti keinginan ayahnya Cokorda Bagus Sayoga untuk pulang kembali ke Bali.
Sosok pria yang berpenampilan sederhana itu dibesarkan dalam lingkungan Puri Satria Denpasar yang menjadi pusat perjuangan politik di Bali, sekaligus pusat pengembangan seni budaya. Aktivitas keseharian dalam lingkungan seni budaya Bali mencetak Puspayoga menjadi sosok yang memiliki kepribadian unik, yakni menjadi politisi yang tegar dalam pendirian. Selain itu fokus untuk mengabdikan diri dan selalu menghindari benturan kepentingan, namun tetap mengedepankan kesantunan, etika dan tauladan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Alumnus Universitas Ngurah Rai Denpasar itu sejak mahasiswa kehidupan yang dilakoninya lekat dengan aktivitas partai yang menjadi sarana pengabdian kepada masyarakat. Sejak mahasiswa sudah mengabdikan diri DPC PDI Kota Denpasar, saat terjadi pembelotan di PDI yang dipimpin oleh Soerjadi pada 1994, Puspayoga memilih untuk mendukung Megawati Soekarnoputri.
Puspayoga pada masa-masa genting itu ditunjuk dan dipercaya sebagai Ketua DPC PDI Denpasar. Sejarah berputar dan membawa PDI Pro-Megawati yang berubah menjadi PDI Perjuangan di Bali dan Indonesia umumnya berhasil memenangkan pemilihan umum 1999. Anggota DPRD kabupaten/kota maupun DPRD Bali hasil Pemilu 1999 lebih dari 70 persen didominasi kader-kader PDI P yang tahan banting, termasuk AAN Puspayoga memperoleh kesempatan mengabdikan diri menjadi Ketua DPRD Kota Denpasar. Tak berapa lama kemudian ayah dari AA Abiyoga dipercaya menjadi wali kota Denpasar selama dua masa jabatan (2000-2005, 2005-2008) dan selanjutnya menjadi Wakil Gubernur Bali periode 2008- 2013 mendampingi Made Mangku Pastika. Dalam mengabdikan diri kepada rakyat, bangsa dan negara sosok Puspayoga selalu berprinsip menjadikan keteguhan hati, kesantunan dan kebersihan dari korupsi menjadi modal utama.
Berkat tekat dan prinsipnya yang kuat itu mampu menjadikan dirinya sebagai tauladan yang mendapat simpati dari masyarakat luas, sehingga program pembangunan menyangkut berbagai aspek kehidupan masyarakat dinilai cukup berhasil, baik ketika menjabat sebagai Wali Kota Denpasar maupun Wakil Gubernur Bali. Dia memperoleh sekian banyak penghargaan dari pemerintah pusat, lembaga swadaya masyarakat dan dunia internasional, salah satunya adalah penghargaan Manggala Karya Kencana dari Kepala BKKBN. Penghargaan tersebut berkat kepeloporan, pengabdian, dedikasi dan kepedulian dalam memajukan program keluarga berencana (KB) serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).
Pewaris Puri Satria Denpasar itu juga mampu menjalin komunikasi dan kerja sama dengan semua komponen masyarakat, bahkan ketika menjabat Wali Kota Denpasar senantiasa memberikan sangu kepada umat muslim yang akan melaksanakan ibadah haji. Tokoh kharismatik yang cukup disegani masyarakat Pulau Dewata itu juga menjalin tali persahabatan yang sangat akrab dengan umat Islam dan umat lainnya yang ada di delapan kabupaten dan satu kota di Bali. Anak Agung Ngurah Puspayoga kini berpasangan dengan Dewa Nyoman Sukrawan (PAS) diusung PDI P sebagai kandidat gubernur Bali dalam Pilkada yang digelar 15 Mei 2013. Paket Puspayoga dan Dewa Nyoman Sukrawan (PAS) merupakan kader PDIP Bali yang baru pertama kali diusung partai berlambang kepala banteng kekar dalam lingkaran sejak kemenangan PDI P tahun 1999.
Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga didaulat sebagai Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam Kabinet Kerja Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Penetapan ini diumumkan Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Minggu (26/10/2014). Sebelumnya nama Puspayoga disebut-sebut masuk dalam bursa bakal calon menteri kabinet Jokowi di posisi Menteri Pariwisata. Belakangan, menteri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, merupakan pos yang disebut-sebut akan ditempati mantan Wakil Gubernur Bali dan politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tersebut. Kedekatannya dengan pimpinan PDIP ditambah faktor representasi warga Bali, disebutkan jadi pertimbangan nama lulusan S1 di Universitas Ngurah Rai, Denpasar tahun 1991 itu masuk dalam bursa bakal calon menteri.
Soal kedekatan dengan petinggi PDIP yang jadi partai pengusung Jokowi, Puspayoga tak menampiknya. Ia menyebut telah menjadi kader dan pengurus partai di Bali sejak remaja. Ayahnya, Cok Sayoga adalah Ketua DPD PDI Bali diperiode 1980-an. Puspayoga bahkan menuturkan, keluarganya sudah memiliki keakraban dengan almarhum Taufik Kiemas dan Megawati Soekarno Putri sejak lama. Ada dua mobil yang menjadi tanggung jawab perawatan buat Puspayoga. Tapi ia membantah, jika akomodasi Megawati pun menjadi tanggungannya saat berkunjung ke pulau Dewata. Wajar jika kedekatan antara Mega dan Puspayoga terjalin erat.
Mega pernah menyebut Puspayoga sebagai anak kandung PDIP saat wali kota Denpasar periode 2000-2005 dan 2005-2008 itu bertarung dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Bali tahun 2013 melawan pasangan I Mangku Pastika dan Ketut Sudikerta. Soal istilah 'anak kandung PDIP', ada cerita menarik bagaimana Puspayoga pernah bertaruh nyawa untuk membesarkan partai tersebut. Ia pernah dikeroyok sejumlah pria usai menjalankan tugas yang diberikan sang ayah.
Kala itu, medio Juli 1982, Puspayoga masih duduk di bangku kelas III SMP. Sang ayah memintanya menjadi salah-satu saksi partai pada pemilihan umum. Lokasinya di asrama Brimob Polda Bali yang bersebelahan dengan GOR Ngurah Rai. Tugas itu ia jalankan tanpa tahu risiko yang ada. Belakangan baru ia sadar banyak yang enggan jadi saksi PDI di lokasi tersebut karena ancaman fisik yang mereka terima. Proses pencoblosan berjalan lancar. Tapi, terjadi kejutan pada hasil rekapitulasi pemilihan lantaran PDIP bisa mendapat 17 suara di TPS yang menjadi basis partai pendukung pemerintah itu. Saat hendak pulang dan mengambil motor di parkiran, barulah Puspayoga mendapat serangan fisik dari sejumlah pria dewasa. Untungnya, Puspayoga mampu membela diri berbekal ilmu silat yang diwariskan ayahnya. Dia berhasil untuk terus berkelit sampai petugas keamanan melerai mereka.