Bripda Eka, polwan berprestasi nyambi jadi tukang tambal ban. Polwan dari Unit Shabara Polresta Salatiga ini menjadi tukang tambal ban, membantu ayahnya yang sedang sakit. Selama menempuh masa pendidikan sebagai Sekolah Calon Bintara (Secaba), wanita berusia 19 tahun ini berhasil mengukir prestasi dengan peringkat ke-7 dari 7.000 peserta pendidikan kepolisian se-Indonesia.
Menjadi anggota Polri bukan lagi monopoli bagi mereka yang berduit atau hanya untuk mereka yang memiliki orang dalam. Kini dari kalangan tidak mampu bisa, asalkan memenuhi syarat. Nah, di Salatiga Jawa Tengah seorang anak tukang tambal ban akhirnya bisa mewujudkan mimpinya menjadi seorang polwan Bripda Eka Yuli Andini. Usai bertugas ia kembali menekuni pekerjaan sampingan membantu ayahnya menambal ban. Seperti apa kisahnya berikut laporannya. Namanya Eka Yuli Andini. Kini ia bangga bisa mewujudkan mimpinya menjadi polisi wanita dengan pangkat bripda. Bripda Eka, demikian ia disapa rekan-rekannya. Sejak dinyatakan lolos sebagai anggota polwan tahun 2014 lalu, Bripda Eka saat ini bertugas di Polres Salatiga, Jawa Tengah.
Menjadi anggota polri seperti sebuah mimpi menjadi kenyataan, terutama bagi orang tuanya. Awalnya, orang tua ragu karena kondisi ekonomi yang serba terbatas. Apalagi kondisi fisik Eka tergolong kecil. Sang ayah Sobirin hidup dari usaha menambal ban di Jalan Veteran Salatiga. Bengkel seluas 4x6 m ini sekaligus menjadi kontrakan bagi orang tua dan 2 adiknya. Namun keinginan putri sulungnya itu mengalahkan segala ragu. Meski harus meminjam uang sana-sani. Menjadi polwan tidak membuat Bripka Eka lupa daratan. Sepulang bertugas, ia kembali bergelut membantu ayahnya menambal ban motor para pelanggan. Ini semua dilakukannya bukan tanpa alasan. Bripka Eka boleh berbangga hati. Karena meski tergolong sangat baru, dimata pimpinannya ia tergolong sosok yang disiplin dan pintar.
Bripda Eka memang dari keluarga tidak mampu. Kini ia masih harus berjalan kaki atau sesekali ikut menumpang motor temannya sesama polwan menuju tempat dinas. Bripda Eka setidaknya menginspirasi siapa saja bila cita-cita bisa diwujudkan oleh siapapun, termasuk mereka yang dari kalangan tidak mampupun bisa menjadi polwan untuk mengabdi bangsa dan negara. Menjadi polisi bukanlah impian Bripda Eka Yuli Andini (19), anggota Sabhara Polresta Salatiga. Dengan ayah yang hanya seorang tukang tambal ban dan ibunya seorang ibu rumah tangga biasa, rasanya sulit bagi sulung dua bersaudara dari pasangan Sabirin (49) dan Darwanti (40) ini untuk menjadi polisi.
Dengan pendapatan ayah yang pas-pasan, bisa mengenyam pendidikan SMK saja sudah merupakan anugerah buat Eka. Terlebih lagi, sudah menjadi anggapan masyarakat, menjadi polisi membutuhkan uang yang banyak. Ketertarikan Eka menjadi polisi berawal dari sosialisasi penerimaan polwan yang dilakukan oleh Polresta Salatiga di SMKN 2 Salatiga, tempatnya sekolah. Saat itu, disampaikan bahwa menjadi polisi tidak dipungut biaya. Ada perasaan bimbang antara mendaftar sebagai polwan atau mewujudkan cita-citanya bekerja di dunia broadcasting sesuai jurusan yang diambilnya di SMK, yakni Teknik Komputer dan Jaringan.
Awalnya, Eka mengaku tidak percaya diri karena hanya memiliki tinggi badan 156 sentimeter. Namun, karena dorongan kuat dari teman-teman satu sekolah dan guru-gurunya, akhirnya Eka memberanikan diri mengikuti proses seleksi Secaba Polri di Semarang. Tidak hanya lolos sebagai calon anggota polwan saat itu, Bripda Eka juga termasuk siswa yang berprestasi selama menjalani pendidikan Sekolah Calon Bintara (Secaba) di Pusdik Binmas Lemdikpol, Banyubiru, Ambarawa. Dia meraih prestasi peringkat ketujuh dari 7.000 peserta saat pendidikan kepolisian se-Indonesia tersebut.