
Salim alias Kancil, 52, petani penolak tambang di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, dibunuh di muka umum. Atas peristiwa itu, beredar pesan berantai (broadcast message) di aplikasi Blackberry Messeger (BBM) terkait aksi solidaritas untuk mendukung aksi penolakan penambangan pasir di Lumajang. Aksi dukungan pada petani yang kerap disapa Salim Kancil dengan cepat menyebar di Kabupaten Jombang, Jawa Timur dan sekitarnya.
Salim yang juga aktivis Petani Antitambang itu meregang nyawa setelah disiksa oleh puluhan orang. Salim dikabarkan akan melakukan aksi penolakan aktivitas penambangan pasir di area pertanian. Namun, sebelum aksi digelar, Sabtu (26/9/2015) itu, Salim keburu 'diciduk' preman. Dia disiksa dengan cara disetrum, digergaji dan juga dipukul dengan benda tumpul dan benda tajam. Salim menemui ajal setelah sekujur tubuhnya dilempari batu. Ironisnya, penyiksaan itu terjadi di hadapan warga.

Anggota Tim Investigasi Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Surabaya, Fatkhul Khoir langsung ke lokasi untuk mengetahui ikhwal kasus tersebut. Dari keterangan warga yang didapatnya, ada hal yang mengagetkan mereka petugas investigasi. Tubuh Salim semula tidak mempan dibacok atau dilukai dengan senjata tajam oleh para pelaku.
Salim dikeroyok dan kepala Salim dihantam batu dan para pelaku memukulinya hingga ambruk. Lehernya juga dilukai dengan gergaji. Di tempat itulah Salim tewas. Di sekitar jasadnya berserakan kayu & batu. Kejadian itu merupakan bukti bahwa perlindungan warga yang berjuang mempertahankan lingkungan dan ruang hidupnya belum terjamin. Padahal, sebelum kejadian aktivis petani sudah mengadu ke polisi bahwa mereka mendapat ancaman.