Nur Tajib (50), warga Desa Patereman, Kecamatan Modung, Bangkalan, Madura, mengaku sebagai Nabi Isa setelah mendapat perintah Allah pada November 2014. "Diperintah Allah untuk mengabarkan kepada umat siapa diriku. Diperintah Allah mengabarkan keberadaanku," ungkap Nur Tajib di hadapan penyidik Polres Bangkalan, Sabtu (23/4/2016). Sebelumnya pernah juga pria 40 tahun bernama Jari, warga Desa Karangpakis, Kecamatan Kabuh, Jombang, mengaku telah mendapatkan wahyu dari Allah. Dia menyebutnya sebagai penerus Nabi atau Isa Habibullah dan mengaku sudah memiliki kurang lebih 100 pengikut.
Sementara itu Nur Tajib menyebutkan, ia memberi tahu orangtuanya, dalam hal ini ibunya, dilanjutnya kepada keluarga, saudara, dan kerabat-kerabat dekatnya. "Ibu saya masih ada. Bahwa sebenarnya saya dilahirkan oleh ibuku. Allah menyatakan wujud (Nabi) Isa seperti yang pernah disampaikan Nabi Muhammad," ujarnya. Ia mengaku, perintah untuk menyampaikan hal tersebut sangat berat dan penuh risiko tinggi. "Meskipun saya tahu bukan hal mudah dan gampang. Tapi karena saya harus taat kepada Allah, (saya sampaikan) dengan segala rasa berat dan kesulitan," ujarnya.
Seorang warga setempat, MH (49), mengatakan, Nur Tajib pernah lama menghilang, tetapi sekitar setahun yang lalu baru kembali. "Setelah kembali ke desa, ia bisa mengobati dengan metode alternatif. Tidak ada pondok. Namun, ada beberapa pengikutnya, belum banyak," ujar MH. Melalui pengobatan alternatif itu, Nur Tajib disebutnya tidak menarik uang atau menerima pemberian berupa barang. Pasien yang sembuh cukup bersedia ikut menjadi anggota jemaah pengajian yang ia pimpin. "Tentu saja kalimat syahadatnya beda. Pengikutnya mayoritas berasal dari keluarga dan kerabat terdekatnya dari Blega dan Modung," ucapnya.
Sementara itu, Kapolres Bangkalan AKBP Windianto membenarkan bahwa ajaran yang disampaikan Nur Tajib punya perbedaan tatanan dalam beribadah ataupun dalam pengucapan kalimat syahadat dengan ajaran Islam pada umumnya. "Membaca syahadat sambil menunjuk kepada dia. Terus, dalam shalat berjemaah, di belakang imam ada bilal. Keduanya bergantian (bersautan) membaca bacaan shalat," paparnya. Windianto menambahkan, sepak terjang Nur Tajib sebenarnya sudah terpantau sejak lama. ,Namun ketika hendak ditemui, ia menghilang dan kembali lagi mengadakan pengajian bersama jemaahnya. "Pengikutnya sekitar 30 orang," ucapnya.