Menurut pengakuan kedua orangtuanya, mereka menjodohkan Ima saat masih duduk dibangku sekolah kelas 1 SMA. Ima ketika itu melarikan diri karena tak cinta, dan kemudian sukses di negara lain. Turiyo dan istrinya tidak mengetahui kalau anaknya kabur, sampai pada akhirnya Ima ikut juragan untuk dipekerjakan sebagai tenaga kerja wanita (TKW). Namun mereka harus menebus Rp 600 ribu karena Ima lebih memilih untuk ikut bekerja di Amerika ketimbang di Hong Kong.
elama di Amerika, Turiyo dan istrinya selalu diberi kabar oleh anaknya. Bahwa anaknya membantu orang-orang yang menjadi tenaga budak dan terlantar di Amerika. Ima, tak sampai selesai sekolah di SMA Khairuddin hanya sampai kelas 1 saja. Tetapi ia lanjut sekolah di luar negeri dan akhirnya ia bisa menjadi penasehat Amerika Serikat pada perdagangan manusia. "Dia (Ima) tidak mengeluarkan biaya. Dibayari sama juragannya yang membawanya ke Amerika sana," lanjut Alimah, ibu Ima. Terakhir Ima pulang, lanjut dia, sudah dua tahun yang lalu. Saat Ima pulang, selalu menceritakan kegiatan Ima selama berada di Amerika.